Apakah TikTok Mengambil Alih Sebagai Mesin Pencari Pilihan Generasi Z?

Saat Ashley Storino menginginkan saran tentang sepasang sepatu bot hitam baru atau rekomendasi buku terbaru, dia sama sekali tidak menggunakan Google. Bagi pemasar digital berusia 22 tahun ini, tautan biru sudah ketinggalan zaman. Sebagai gantinya, dia beralih ke TikTok, menelusuri video untuk mendapatkan wawasan cepat dan memeriksa keaslian komentar sebelum menuju ke Google untuk konfirmasi.

“Dulu, saya mencari hal-hal seperti maskara terbaik di Google dan menemukan 10 daftar teratas yang dipengaruhi oleh merek,” jelas Storino. “Sekarang, TikTok menawarkan ulasan jujur dari orang-orang nyata, menjadikannya lebih relevan dan dapat dipercaya.”

Bangkitnya Pencarian TikTok

Semakin banyak pengguna muda yang menggunakan TikTok selain tantangan menari, menjadikannya sebagai pilihan utama mereka untuk mendapatkan saran restoran, rencana akhir pekan, dan pembaruan mode. Mereka mengandalkan TikTok tidak hanya untuk hiburan tetapi juga untuk pertanyaan yang sebelumnya disediakan untuk Google, seperti saran kesehatan dan rutinitas perawatan kulit.

“Konsumen lebih memilih TikTok karena keasliannya,” kata Jenna Drenten, profesor pemasaran di Loyola University Chicago. “Google merasa kewalahan dengan konten yang berlebihan.”

Google mengakui meningkatnya popularitas TikTok sebagai platform pencarian, terutama di kalangan kelompok usia 18 hingga 24 tahun. Namun, dominasi Google dengan lebih dari 90% pangsa pasar tetap tidak tertandingi, menawarkan akses cepat ke berita dan arahan yang tidak disediakan TikTok.

Daya Tarik Konten Visual dan Otentik

Natalie Pennington, seorang profesor komunikasi di Universitas Nevada, Las Vegas, melihat adanya pergeseran generasi dalam cara orang dewasa muda mengonsumsi informasi. Video berukuran kecil di TikTok menawarkan wawasan yang cepat, sehingga lebih mudah dicerna dibandingkan mesin pencari tradisional.

“Ini sangat visual,” kata Pennington, menyoroti fitur interaktif TikTok yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan pembuat konten secara langsung.

Karishma Jashani, pembuat konten di Singapura, mencontohkan perubahan ini, mengandalkan TikTok untuk sebagian besar pertanyaan kecuali pertanyaan penting seperti peta atau berita. “Ini lebih cepat dan efisien,” kata Jashani, menekankan kedekatan TikTok dibandingkan dengan hasil Google yang banyak teks.

Menavigasi Kepercayaan dan Misinformasi

Meskipun TikTok mengajukan banding, kekhawatiran mengenai misinformasi tetap ada. Yini Zhang dari State University of New York di Buffalo memperingatkan tentang konten platform yang digerakkan oleh algoritma, yang secara tidak sengaja dapat menyebarkan klaim palsu.

Meskipun Google telah menetapkan kriteria untuk sumber tepercaya, seperti situs web .edu atau .gov, media sosial tidak memiliki standar serupa. Studi NewsGuard menemukan misinformasi yang signifikan tentang TikTok, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang keandalan platform tersebut.

Masa Depan Pencarian

Seiring dengan terus berkembangnya TikTok menjadi platform multifaset, perannya dalam penyebaran informasi kemungkinan besar akan semakin meningkat. Namun, menyeimbangkan daya tarik konten buatan pengguna dengan kebutuhan akan akurasi masih menjadi sebuah tantangan, sehingga mendorong pengguna untuk berhati-hati saat mengambil informasi dari media sosial.

Dalam lanskap digital ini, kebangkitan TikTok sebagai mesin pencari mencerminkan perubahan yang lebih luas dalam cara generasi muda mengakses dan mempercayai informasi, sehingga membentuk kembali dinamika pencarian online dan konsumsi konten. Source: wox wox wox wox wox wox wox wox

Partager cet article

Commentaires

Inscrivez-vous à notre newsletter